I. Topik :Mengidentifikasi Ekosistem Sungai atau Perairan Tawar
II. Hari/Tanggal :
Rabu, 20 April 2011
III.
Tujuan : Agar dapat mengetahui secara kontekstual komponen ekologi dan peran masing-masing
komponen dan sungai /periran tawar
IV.
Kajian Pustaka
Menurut Campbell (2004: 272)
menyatakan bahwa Ekologi
organisme ( organismal ecology) berhubungan ddengan cara berperilaku fisiologis
dan morfolog is yang digunakan suatu orgamisme individual dalam menghadapi
tantangan yang d timbulkan oleh lingkungan abiotknya. Distribusi organisme
dibatasi oleh kondisi abiotik yang dapat ditoleriri oleh organisme tersebut.
Para ahli ekologi membedakan antara bioma air tawar dengan air laut berdasarkan
perbedaan fisik dan kimiawi. Sebagai contoh bioma laut umumnya memiliki
konsentrasi garam rata-rata 3%, sementara bioma air tawar umumnya memiliki ciri
konsentrasi garam yang lebih rendah dari 1%.
Menurut Romimohtarto (2007 : 51)
menyatakan bahwa Bentos
mencakup biota menempel, merayap,dan meliang didasr laut. Kelompok biota ini
hidup didasar perairan mulai dari gari pasut sampai dasar abisal. Contoh biota
menempel ialah sepon,t ritip,dan tiram biota merayap, kepiting dan udang karang
dan biota meliang jenis kearng tertentu dan cacaing.
Menurut Soectjipta (1989 :70) menyatakan bahwa ekosistem
perairan tawar dapat digunakan sebagai suatu sisitem pembuangan limbah yang
paling murah serta paling mudah. Perairan tawar sebagai salah satu jenis
sumber daya alam telah sedemikian lama
disalah gunakan oleh manusia,sehingga harus segera dilakukan usaha untuk
mengurangi beban. Anasir air tawar juga merupakan bagian penting dalm daur
hidrologik.
Ada beberpa jenis factor pembatas di habitat perairan air tawar yang penting
yaitu suhu, transparasi, arus, kadar gas untuk pernafasan, dan kadar garam
biogenic.
Menurut Prihati (2008) menyatan bahwa Di
dalam air terdapat mikroorganisme baik yang patogen maupun yang tidak patogen.
Mikroorganisme seperti bakteri, virus, dan cacing dapat menyebabkan penyakit
saluran pencernaan. Mikroorganisme patogen berasal dari kotoran hewan berdarah
panas termasuk manusia yaitu bakteri coliform, bakteri ini digunakan
sebagai indicator biologis karena mudah ditemukan dengan cara sederhana dan
tidak berbahaya. Bakteri ini salah satunya adalah E. coli yang merupakan
gram negatif dan beberapa strain mempunyai kapsul. E. coli tumbuh pada
suhu 10_- 40_C dengan suhu optimum 37_C. Apabila bakteri ini terdapat dalam air
dan populasinya cukup signifikan dapat mempengaruhi kualitas air.
V. Alat dan Bahan
Alat :
1. Alat tulis 8.
Derigen/plastik
2. Ember 9. Salinometer
3. Planktonnet 10. Stopwatch
4. Botol 11. Mikroskop
5. Tali rafia 12.
Termometer
6. Penggaris panjang ( 1 m ) 13. Gabus kecil
7. Busur derajat
Bahan:
1.
air sungai dari poncowati, 16
C, 38, Griya kebun, dan 21.
2.
Air sungai, tepi atas, tepi
dasar, tengah atas, tengah bawah, dari masing-masing sungai.
3.
Lumpur tengah, lumpur tepi,
dari masing-masing sungai.
4.
Air dan lumpur dari tepi tang
di saring, dari masing-masing sungai.
VI.
Cara Kerja
1.
Mengukur
kecepatan arus.
2.
Mengukur
kemiringan permukaan air.
3.
Mengukur
tingkat kejernihan dan substrat dasar sungai (endapan).
4.
Mengukur
kedalaman dan lebar sungai.
5.
Mengukur
salinitas air.
6.
Mengukur suhu
air.
VII. Data Hasil Pengamatan
Mengukur Tingkat Kejernihan
sungai
|
Permukaan Tepi
|
Permukaan tengah
|
Substrat dasar
|
Kadar garam
|
Poncowati
|
Keruh
|
Sangat keruh
|
Campuran pasir dan lumpur
|
Tidak ada
|
16 C
|
Keruh
|
Bening
|
Pasir
|
Tidak ada
|
38
|
Sangat keruh
|
Keruh
|
Pasir
|
Tidak ada
|
Griya
Kebun
|
Bening
|
Keruh
|
Pasir
|
Tidak ada
|
21
|
bening
|
Keruh
|
lumpur
|
Tidak ada
|
Identifikasi
Mikroorganisme
Nama
lokasi
|
Nama
spesies
|
Gambar
|
spesifikasi habitat
|
Kategori jumlah
|
Poncowati
|
Lyngbya sp
|
|
|
Air tawar
|
1
|
16 C
|
Aulacoseira granulate
v angutissima
|
|
Air tawar
|
1
|
38
|
Ceratium tripos (A)
|
|
|
Air tawar
|
1
|
Griya Kebun
|
Anabaena spp
|
|
Air tawar
|
1
|
21
|
Ceratium fusus (A)
|
|
|
Air tawar
|
1
|
VIII. Deskripsi Data
Berdasarkan
data hasil pengamatan dapat di ketahui bahwa tingkat kejernihan pada sungai
poncowati pada permukaan tepinya keruh, pada permukaan tengah sangat keruh,
dengan substrat dasar yaitu campuran pasir dan lumpur, serta tidak mengandung
garam. Pada sungai 16 C permukaan tepinya keruh, permukaan tengahnya bening,
dengan substrat dasar berupa pasir, dan tidak mengandung garam. Pada sungai 38
air permukaan tepinya sangat keruh, air permukaan tengahnya keruh, dengan
substrat dasar berupa pasir, dan tidak mengandung garam. Untuk sungai di Griya
Kebun air permukaan tepinya bening, sedangkan air permukaan tengahnya keruh,
dengan substrat dasar berupa pasir, dan tidak mengandung garam. Sedangkan pada
sungai di 21 air permukaan tepinya bening dan air permukaan tenggahnya keruh,
dengan substrat dasar berupa lumpur, dan tidak mengandung garam.
Untuk
komonen abiotik yang berupa kecepatan air, kedalaman sungai, lebar sungai,
suhu, dan kemiringan. Untuk sungai di Pocowati kecepatan airnya 25 cm/s,
kedalaman air 25 cm, dengan lebar sungai 1,98 m, dan suhu 26◦C serta kemiringan
30◦.
Pada sungai 16 C kecepatan air 55,7 cm/s, kedalaman air 51cm, dengan lebar
12,80m, suhu 28◦C,
dan kemiringan 10◦. Pada sungai 38 kecepatan airnya 35 cm/s dengan kedalaman air 85 cm, dan lebar 14 m,
serta suhu 28◦ , kemiringan 10◦. Sedangkan pada sungai di Griya Kebun kecepatan
airnya 66,4 cm/s dengan kedalaman 50 cm dan lebar 12,80 m, serat suhu 29◦C dan
kemiringan 20◦. Dan pada sungai di 21, kecepatan airnya 54,7cm/s dengan
kedalaman 75 cm, lebar sungai 2,75m, dan suhu yang mencapai 31◦C serta
kemiringan air 20◦.
Pada
pengamatan mikroorganisme di sungai Poncowati di dapati adanya Lyngbya
sp, pada sungai di 16 C terdapat Aulacoseira
granulate v angutissima,
di sungai 38 terdapat Ceratium tripos (A),
sedangkan pada sungai di Griya Kebun terdapat Anabaena
spp,
dan pada suangai yang di 21 terdapat adanya Ceratium
fusus (A).
karena yang di amati hanya setetes air, maka jumlahnya hanya 1 untuk setiap
jenisnya, dan semua jenis mikroorganisme tersebut berhabitat di air tawar.
IX. Pembahasan
Berdasarkan data hasil pengamatan
untuk kejernihan air yang di ambil di tepi atas dan bawah serat tengah atas dan
bawah kejernihannya berbeda. Hal itu di karenakan kedalaman air yang berbeda,
dan kecepatan air. Selain itu sungai juga di bagi menjadi dua zona yaitu zona
riam yang merupakan perairan dangkal yang kecepatannya besar sehingga dasar
perairan itu bersih dari debu dan bahan mudah lepas lainnya, dan merupakan
substratum yang kokoh. Zona riam ini di huni sebagian besar oleh hewan bentik
serta hewan periphytik yang mengkhususkan diri untuk mampu melekat atau
menggantung dengan erat pada substratum yang kokoh dan dihuni oleh makhluk
perenang yang kuat. Sedangkan zona kuala merupakan zona perairan sungai yang
lebih dalam dengan kecepatan air berkurang sehingga silt dan bahan mudah lepas
cenderung mengendap ke dasar perairan, sehingga berupa dasar yang lunak, tidak
layak untuk bentos permukaan tetapi layak untuk bentos penggali, nekton, dan
beberapa kasus seperti plankton. Dari data juga menunjukan bahwa sungai 16 C,
sungai Griya kebun dan sungai 21 kejernihan airnya cenderung jernih karena
kecepatan arusnya di atas 50cm/s. sedangkan untuk sungai poncowati dan 38
airnya cenderung keruh karena kecepatan arusnya di bawah 50cm/s. sedangkan
untuk substrat dasar untuk sungai yang arusnya cepat seharusnya substrat
dasarnya berupa pasir karena pasir lebih sulit terbawa arus di bandikan dengan
lumpur. Sungai yang substrat dasarnya
berupa pasir yaitu sungai griay kebun, 16 C, dan 38, tetapi sungai 38 tidak
termasuk sungai yang arusnya cepat, mungkin hal yang menyebabkan banyak
terdapat pasir di dasarnya karena pengaruh kedalaman sungai, kemiringan, suhu,
ataupun factor internal dan eksternal lainnya. Tetapi dapat di katakana bahwa
sungai yang aliran arusnya cepat substrat dassarnya berupa pasir, karena adan 2
sungai yang terbukti. Factor-faktor yang mempengaruhi kecepatan air (arus)
antara lain yaitu kemiringan sungai, debit air, adanya substrat yang
menghambat, kedalaman air, suhu, kecepatan angin, dan lain-lain.
Untuk kadar garam dalam air
ternyata penelitian dari lima sungai menunjukan bahwa kelima sungai tersebut
tidak mengandung garam, ataupun jika ada jumlahnya relative kecil (<1%)
sehingga tidak dapat di deteksi dengan alat yang sederhana seperti yang kami
gunakan. Sedangkan untuk suhu dan kemiringan pada tiap-tiap air sungai
berbeda-beda. Kadar garam yang terlarut dalam air ternyata berpengaruh terhadap
tinggi rendahnya kelarutan oksigen dalam air. Di mana telah kita ketahui bahwa
kelarutan oksigen dalm air di pengaruhi oleh tekanan parsil, suhu medium, dan
kadar garam. Tinggi rendahnya kelarutan oksigen menentukan keragaman jenis
makhluk yang hidup di dalam sungai tersebut. Untuk suhu suatu sungai di
pengaruhi oleh suhu lingkungan, tempat, ketinggian, dan jumlah organisme yang
hidup baik di dalan sungai maupun di sekitar daerah aliran sungai. Sedangkan
untuk kemiringan sungai di tenukan oleh letak geografis sungai itu sendiri.
` Saat mengidentifikasi
mikroorganisme dalam masing-masing sungai dapat di ketahui bahwa jenis
mikroorganisme dari setiap sungai berbeda-beda, yang di lakukan dengan cara
menyaring air beserta lumpurnya. Pada sungai Poncowati di dapati adanya Lyngbya
sp, pada sungai di 16 C terdapat Aulacoseira granulate
v angutissima,
di sungai 38 terdapat Ceratium tripos (A),
sedangkan pada sungai di Griya Kebun terdapat Anabaena spp, dan pada suangai
yang di 21 terdapat adanya Ceratium fusus (A). makhluk di dalam habitat
perairan dapt juga di golongkan menurut bentuk kehidupan atau kebiasaan hidup
yaitu: bontos merupakan mahluk yang melekat atau sedang berostirahat pada
perairan atau yang hidup di dalam sedimen di dasar perairan. Periphyton atau
Aufwuchs yaitu makhluk hidup yang menggantung atau melekat pada batanag atau
daun tumbuhan berakar di dalam air atau permukaan air yang ada di atas dasar
perairan. Plankton merupakan makhluk yang melayang di dalam air dan gerkannya
kurang lebih tergantung pada arus. Zooplankton ada yang menunjukan gerakan
berenang yang aktif yang membantu mempertahankan posisi vertical dan plankton
secara keseluruhan tidak dapt bergerak melawan arus yang cukup deras. Plangton
jejaring merupakan plangton yang dapt di tangkap dengan jarring atau mata
jarring yang halus yang di tarik dari dalam air. Sedangkan aannoplankton
merupakan plgton yang terlalu kecil untuk di tangkap dengan jarring plankton
sehingga untuk dapt memperolehnya adalah dengan mengekstrak dari air yang di
peroleh. Nekton merupakan mkhluk yang mampu berenang sera dapat menentukan arah
sesuai kehendak dengan demikian makhluk tersebut dapat menghindarkan diri dari
penangkapan atau memburu mangsa dan sebagainya. Neuston merupakan makhluk yang
berenang atau sedang beristirahat di permukaan air. Berdasarkan data hasil
pengamatan ternyata mikroorganisme yang terdapat pada kelima sungai tersebut
merupakan plankton jejaring karena dapat di saring. Untuk sungai di griya kebun
tenyat ada yang termasuk dalam algae, yaitu Anabaena
spp.
X. Kesimpulan
Berdasarkan datahasil
pengamatan dan pembahasan dapat di simpulkan bahwa sungai 16 C, sungai Griya
kebun dan sungai 21 kejernihan airnya cenderung jernih karena kecepatan arusnya
di atas 50cm/s. sedangkan untuk sungai poncowati dan 38 airnya cenderung keruh
karena kecepatan arusnya di bawah 50cm/s. sedangkan untuk substrat dasar untuk
sungai yang arusnya cepat seharusnya substrat dasarnya berupa pasir karena
pasir lebih sulit terbawa arus di bandikan dengan lumpur. Dapat di katakana bahwa sungai yang aliran arusnya
cepat substrat dassarnya berupa pasir, karena adan 2 sungai yang terbukti.
Factor-faktor yang mempengaruhi kecepatan air (arus) antara lain yaitu
kemiringan sungai, debit air, adanya substrat yang menghambat, kedalaman air,
suhu, kecepatan angin, dan lain-lain. Untuk kadar garam dalam air ternyata
penelitian dari lima sungai menunjukan bahwa kelima sungai tersebut tidak
mengandung garam, ataupun jika ada jumlahnya relative kecil (<1%) . kelarutan oksigen dalm air di pengaruhi oleh tekanan
parsil, suhu medium, dan kadar garam. Tinggi rendahnya kelarutan oksigen
menentukan keragaman jenis makhluk yang hidup di dalam sungai tersebut. Suhu suatu sungai di pengaruhi oleh suhu
lingkungan, tempat, ketinggian, dan jumlah organisme yang hidup baik di dalan
sungai maupun di sekitar daerah aliran sungai. Sedangkan untuk kemiringan
sungai di tenukan oleh letak geografis sungai itu sendiri. mikroorganisme yang
terdapat pada kelima sungai tersebut merupakan plankton jejaring karena dapat
di saring. Untuk sungai di griya kebun tenyat ada yang termasuk dalam algae,
yaitu Anabaena spp.
DAFATR PUSTAKA
Cambell, Neil A. dkk. 2004. Biologi Jilid Lima Edisi Tiga. Jakarta:
Erlangga.
Prihati, Yekti.
2008. Analisis Kualitas Air Sungai Krakat Di
Kabupaten Sragen Dengan Indikator Nilai Coliform
Fecal Setelah Diberi Perlakuan Tanaman Enceng Gondok. (online) Etd.eprints.ums.ac.id/2334/1/A42004.
Dia akses pada Rabu, 27 April 2011, pukul 21.00.
Romimohtarto, Kasijan. 2007. Biologi Laut. Jakarta: Djambatan.
Soetjipto. 1989. Ekologi Hewan. Jakarta: Departemen pendidikan Budaya.